√ Film Dokumenter "Dirty Vote" Ungkap Gejala Kecurangan Pemilu 2024, Tayang Perdana di Portal TV Besok Siang- Portal News - Media Investigasi Pembaharuan Nasional

Jelajahi

Copyright © Portal News
Created with by Portal News
PT ZIB Group Templates

Iklan

Hot Widget

iklan-portal-news

Film Dokumenter "Dirty Vote" Ungkap Gejala Kecurangan Pemilu 2024, Tayang Perdana di Portal TV Besok Siang

Minggu, 11 Februari 2024, Februari 11, 2024 WIB Last Updated 2024-02-11T14:43:07Z

Film Dokumenter "Dirty Vote" Ungkap Gejala Kecurangan Pemilu 2024, Tayang Perdana di Portal TV Besok Siang


PORTAL NEWS -- “Jika anda menonton film ini, saya punya pesan sederhana. Satu, tolong jadikan film ini sebagai landasan bagi anda untuk melakukan penghukuman,”.


Kalimat tersebut diucapkan ahli hukum tata negara Zainal Arifin Mochtar dalam pembuka film ini. 


Zainal, bersama dua pakar hukum tatanegara lain, yakni Bivitri Susanti, dan Feri Amsari, secara gamblang mengungkap kecurangan Pemilu 2024 dalam film dokumenter eksplanatori berjudul Dirty Vote.


Film tersebut viral di sosial media dan bisa diakses lewat YouTube mulai hari ini. 


"Saya mau terlibat dalam film ini karena banyak orang yang akan makin paham bahwa memang telah terjadi kecurangan yang luar biasa sehingga Pemilu ini tidak bisa dianggap baik-baik saja," ungkap Bivitri.


Sedangkan Feri Amsari berharap film ini bisa mendidik publik. “Selain diajak oleh figur-figur yang saya hormati, tentu saja film ini dianggap akan mampu mendidik publik betapa curangnya Pemilu kita dan bagaimana politisi telah mempermainkan publik pemilih hanya untuk memenangkan kepentingan mereka,” kata Feri.


Berdurasi 1 jam, 57 menit, dan 21 detik, film ini mencoba mengungkap data fatka tentang bagaimana desain kecurangan pemilu dijalankan. Dirty Vote disutradarai Dandhy Dwi Laksono. Bagi Dandhy, ini adalah film keempat terkait dengan Pemilu yang dia sutradarai.


Pada 2014, lewat rumah produksi WatchDoc, Dandhy meluncurkan Ketujuh, sebuah cerita tentang Joko Widodo yang ketika itu dielu-elukan mejadi sosok harapan baru. Pada 2017, menjelang Pilkada DKI Jakarta, Dandhy menyutradarai Jakarta Unfair. Sedangkan pada Pemilu 2019, Dandhy menyutradarai Sexy Killers, cerita tentang jaringan oligarki pada kedua capres-cawapres ketika itu, yang ditonton lebih dari 20 juta pada masa tenang.


Menurut Dandhy, Dirty Vote merupakan tontonan reflektif di masa tenang pemilu. Dia berharap film tersebut akan mengedukasi publik.  "Ada saatnya kita menjadi pendukung capres-cawapres, tapi, hari ini, saya ingin mengajak setiap orang untuk menonton film ini sebagai warga negara," ujarnya.


LIHAT CUPLIKANNYA DISINI.!!


Kenapa Prabowo-Gibran Paksakan Harus Menang 1 Putaran?


Tren survei yang belakangan ini tembus di atas 50% memicu optimisme dari kubu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka untuk menyelenggarakan Pemilihan Presiden alias Pilpres 2024 satu putaran. 


Adapun Zainal jika pemilu berlangsung 2 putaran, hal itu tidak akan menguntungkan kubu 02 karena bisa berpotensi kalah.


"Kembali pertanyaannya soal mengapa satu putaran? dua putaran itu membuat risiko kekalahan bagi orang yang sedang memimpin itu menjadi besar," katanya, di film tersebut. 


Dia menjelaskan bahwa sebenarnya secara ilmu politik dan hukum tata negara bahwa pertarungan Pemilu itu seringkali melahirkan dikotomi (membagi dua kelompok).


"Dikotomi antara status quo dan perubahan, antara orang yang jualannya adalah melanjutkan yang terdahulu, dengan orang yang jualannya adalah ingin melakukan perubahan atau perbaikan secara mendasar," ujarnya. 


Kemudian, dia menegaskan bahwa dikotomi ini bukan khas Indonesia, tetapi bisa terjadi di berbagai belahan negara di dunia. 


Bahkan, dia mengungkap bahwa dalam tingkat yang lebih lokal pernah terjadi dikotomi, dalam konteks Pilkada DKI Jakarta.


"Kalau Anda lihat Pilkada DKI Jakarta, menurut data survei secara konstan sebenarnya pasangan Ahok dan Djarot yang kita ketahui didukung juga oleh Presiden Jokowi senantiasa secara konstan memenangkan posisi paling atas dari semua survei," ucapnya. 


Dia menjelaskan bahwa jika dilihat dari hasil putaran pertama, memang Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) dan Djarot memenangkan paling atas, diikuti oleh Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, serta kemudian Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Silviana. 


"Tetapi yang terjadi adalah putaran kedua keadaan tersebut berbalik, mengapa berbalik? karena bersatunya kekuatan pengkritik atau bersatunya kekuatan yang melawan orang yang paling teratas itu Anies dan AHY, seakan-akan memiliki angka penjumlahan antara jumlah suara Anies dan AHY pada saat itu," ujarnya. 


Menurutnya, itu sebabnya kemudian pasangan yang didukung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat itu, yaitu Ahok dan Djarot harus kalah. 


Sementara itu, dia mengatakan bahwa ada lagi yang harus diingat bahwa munculnya gerakan yang namanya "gerakan empat jari".


"Gerakan 4 jari itu seakan-akan menjadi tawaran seakan-akan menjadi simbol bahwa ke depan dalam Pilpres kali ini adalah penggabungan kekuatan 01 dan 03 melalui gerakan empat jari atau gerakan 04," ujarnya. 


Seperti diketahui, bahwa paslon nomor urut 2, Prabowo-Gibran mengklaim selalu mendapatkan lebih dari 50% dalam survei, dan meyakini akan satu putaran Pemilu. 


Sementara, muncul gerakan empat jari, yang diduga paslon nomor urut 01 dan 03 akan bergabung dan berkoalisi melawan 02 di putaran kedua. 


Jadi, jangan lupa saksikan tayangan film dokumenter ini di Portal TV, Senin siang besok (12/02) jam 12.12 WITA, sambil merenungi, dari ketiga Capres manakah yang paling layak dipilih dan tidak akan menimbulkan masalah bagi bangsa kita setelah terpilih dan menang Pemilu. 


Rencananya Dirty Vote akan tayang perdana pula di live streaming Portal TV pada Senin 12 Februari 2024 pukul 12.12 WITA. Caranya cukup klik disini : Portal TV (Red)

Silahkan Komentar Anda

Tampilkan


Portal Update


X
X
×
BERITA UTAMA NEWS
-->