[PORTAL NEWS] -- Jelang usia kemerdekaan Republik Indonesia yang akan memasuki angka 78 tahun, ternyata masih saja diwarnai peristiwa miris, membuat kita harus mengelus dada, bahkan lebih dari itu, air mata harus menitikkan sendu.
Jikalau saja dwi tunggal, Soekarno-Hatta masih hidup, demikian juga pahlawan bangsa yang sudah berjuang mati-matian membebaskan negeri ini dari penjajahan masih ada, jika mereka semua belum berpulang ke rahmatullah, maka tidak bisa kita bayangkan betapa murkanya mereka melihat nasib anak bangsa, yang daerahnya masih tertinggal, sehingga urusan kesehatan, kebutuhan bahan pokok, keadilan hukum, dan sebagainya menjadi masalah besar yang semakin membuat kita sebagai warga negara harus terus menerus prihatin dan mempertanyakan dana ratusan trilyun yang dikelola negara lari kemana dan untuk siapa?
Menjejakkan kaki di 78 tahun kemerdekaan RI dari cengkraman penjajah, redaksi Portalnews.co.id menyuguhkan tema khusus, Kado HUT RI, yang membuat kita nampaknya harus berpikir ulang untuk melanjutkan leadership pemimpin baik eksekutif maupun legislatif, yang sudah diberi amanah, tiap lima tahun sekali itu.
Inilah 9 kado pahit itu:
Kado no 1
22 Maret 2023
Hendak bersalin, meninggal akibat pendarahan karena jalanan yang rusak parah
Ibu hamil dan bayinya meninggal dunia akibat ditandu 17 jam dari kampung berjarak 40 km saat hendak ke RS untuk berobat (bersalin) di Luwu Utara.
Eva Yuliani nama ibu itu ditandu dari Desa Tamakalaeng, Kecamatan Seko, sekitar pukul 07.00 Wita pada Sabtu (18/3). Eva harus dirujuk ke RS lantaran fasilitas kesehatan di desanya terbatas.
Eva harus ditandu warga secara bergantian dikarenakan akses jalan yang rusak sehingga tidak bisa dilalui mobil. Hingga pada akhirnya, Eva tiba di Kecamatan Rongkong pada pukul 23.00 Wita dan baru bisa menggunakan mobil ambulans.
Saat tiba di Rumah Sakit di ibukota kabupaten Luwu Utara (Masamba), Eva langsung menjalani operasi caesar. Namun nahas, nyawanya tak tertolong karena pendarahan.
Kado no 2
Korban Tewas Tambang Ilegal, Jenazah Ditandu Sejauh 30 Km
Seorang pekerja tambang emas ilegal tewas tertimbun material di terowongan tambang, di Desa Onondowa, Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Rabu, (3/5/2023) malam lalu.
Korban diketahui bernama Adrianus Koase alias Dianu (30), warga Desa Gintu Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Jenazah Adrianus Koase diberangkatkan dari Rampi menuju Poso dengan cara ditandu. Diketahui Dianu meninggalkan istri dan satu anak.
Kado no 3
Jenazah seorang pendeta bernama Darma di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) terpaksa ditandu warga menuju rumah duka sekitar 20 Km karena akses jalan rusak parah hingga tidak bisa dilalui ambulans.
Warga secara bergantian menandu jenazah Darma menggunakan keranda yang terbuat dari bambu menuju rumah duka di Kampung Baru, Kecamatan Seko, Luwu Utara.
Kado no 4
Jenazah Mama Lisu, warga Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan terpaksa ditandu warga dari rumah sakit di Masamba ke kampungnya di kecamatan Seko, dengan berjalan kaki sejauh 30 Km.
Jenazahnya dipikul mulai dari jalan yang rusak di Desa Embotana, Dusun Palanduan ke Desa Padang Balua. Karena tidak bisa dilalui kendaraan roda empat, dengan jarak 30 Km.
Dalam video yang beredar di media sosial, lumpur jalanan bahkan setinggi betis orang dewasa. Apalagi di musim hujan seperti saat itu.
Kado no 5
Warga Dusun Manganan, Desa Rinding Allo, Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, terpaksa memikul jenazah dari Puskesmas menuju dusun yang jaraknya kurang lebih 7 Km karena tidak ada layanan mobil jenazah yang dapat digunakan.
Kado no 6
Jenazah Ranti Tenta dibawa pulang dari Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan menuju desanya di Desa Tedeboe, kecamatan Rampi Luwu Utara.
Jenazah Renti Tenta ditandu menuju kampung halamannya di Tedeboe Rampi, dimana warga harus berjalan kaki selama 18 jam menyusuri hutan belantara.
Kado no 7
9 Agustus 2023
Dusun Salupaku, Desa Tandung, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, belum juga menikmati penerangan listrik dari pemerintah.
Warga disana terkadang harus beraktivitas di malam hari dengan gelap gulita, jika turbin tenaga air yang mereka buat sendiri mengalami kerusakan, atau kondisi air yang tidak normal.
Selain belum menikmati listrik pemerintah, ratusan warga di daerah tersebut juga belum menikmati jaringan internet. Sehingga para anak-anak masih asik menghabiskan masa kecil dengan permainan tradisional.
Melansir situs indonesiabaik, dikabarkan ada 2.510 desa di Indonesia yang belum dialiri listrik PLN.
Sementara menurut CNBC, ada 4.700 desa yang belum teraliri listrik.
Kado no 8
23 April 2015
Keadilan Hukum Dimana?
Nenek Asyani Terdakwa Pencuri Kayu Divonis 1 Tahun Penjara
Nenek Asyani berusia 63 tahun divonis bersalah oleh hakim. Ia divonis 1 tahun penjara dengan masa percobaan 1 tahun 3 bulan dan denda Rp 500 juta subsider 1 hari hukuman percobaan.
Kasusnya sepele. Nenek ini didakwa mencuri dua batang pohon jati milik perhutani untuk dibuat tempat tidur.
Namun Asyani membantah dengan alasan batang pohon jati itu diambil dari lahannya sendiri oleh almarhum suaminya 5 tahun silam.
Disaat yang sama, discount hukuman diberikan pada beberapa vonis kasus korupsi dan paling mutakhir, kasus mantan jenderal polisi yang divonis oleh 2 hakim yakni pengadilan negeri dan pengadilan tinggi dengan vonis hukuman mati tapi kasasi MA memutuskan dia diskon hanya hukuman seumur hidup, yang mengusik rasa keadilan masyarakat. Money talks!
Kado no 9
1 Juni 2022
Kelaparan di Papua
Ratusan warga Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, kelaparan akibat tanaman pangan di kebun mereka mengalami kerusakan. Kondisi ini disebabkan fenomena alam embun beku sejak 1 Juni 2022
Kelaparan di Distrik Kuyuwage, Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua, menyebabkan setidaknya empat orang meninggal dunia dan ratusan lainnya terdampak. Faktor cuaca dianggap sebagai pemicunya. Namun, peristiwa yang berulang melanda Papua ini menjadi penanda adanya masalah serius dalam sistem pangan di kawasan ini.
Bencana kelaparan telah berulang kali terjadi di Papua, terutama di dataran tinggi. Melansir Kompas, pada Agustus 1982 ribuan orang kelaparan dan 18 di antaranya meninggal di Desa Kuyuwage I dan Kuyawage II yang waktu itu masuk wilayah Kabupaten Jayawijaya. Total korban jiwa akibat kelaparan di Jayawijaya saat itu dilaporkan mencapai 112 orang, 367 orang mendapat perawatan, dan 3.000 orang lainnya kekurangan gizi. (Red)