OPINI PORTAL NEWS -- Assalamualaikum bapak. Saya menulis ini sebagai bentuk cinta dan kasih sayang dari seorang anak kepada bapaknya dan sebagai bawahan kepada pimpinannya.
Saya menganggap bapak adalah orangtua saya dan seorang pimpinan tertinggi saya sebagai seorang ASN yang mengabdikan diri mengurus api dan penyelamatan. Saya bekerja di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan. Diberi amanah sebagai kepala bidang.
Namun, sebelum lanjut membaca berita kami, jangan lupa follow/subscribe kanal Youtube kami PORTAL TV di LINK ini ya? Dengan features menarik setiap pekannya
Saya tahu ada kemungkinan risiko yang saya terima dari pernyataan saya ini. Tapi sebagai anak saya tidak akan membantah apalagi marah. Dan sebagai bawahan saya akan tunduk pada risiko yang harus saya terima. Itu adalah bentuk cinta dan kasih sayang saya terhadap bapak. Saya tidak pernah takut kehilangan jabatan, sesuatu yang tidak pernah sekali pun saya minta dalam hidup. Semata bekerja baik sesuai tugas pokok dan fungsi saya sebagai ASN.
Saya tahu apa yang bapak ungkapkan ini, bukanlah sesuatu yang murni dari hati hati kecil, bapak. Ada sesuatu yang berkecamuk di hati bapak, terkait bencana yang menimpa Kabupaten Luwu, Jumat kemarin. Ada perang di hati bapak antara fakta di lapangan dan tekanan.
Sebagai anak dan sebagai bawahan, tidak ada niat saya menggurui bapak. Sama sekali tidak. Inilah bentuk cinta dan sayang seorang anak dan sebagai bawahan yang mencintai pimpinannya. Di saat orang lain (bawahan) bapak tiarap, memilih koor setuju dengan pernyataan bapak meskipun hati mereka juga menolak apa yang bapak ungkapkan ini, tapi mereka tidak kuasa mengingatkan bapak demi supaya jabatan terus bisa bertahan. Cari aman.
Saya justru malah menegakkan kepala. Saya tidak memilih tunduk pada ungkapan bapak.
Ada beberapa poin yang ingin saya sampaikan.
Bapak yang saya hormati. Pertama, tuhan menciptakan alam ini sudah dalam keteraturan penuh harmoni termasuk turunnya hujan. Hujan tidak pernah diciptakan sebagai musibah. Ia adalah berkah bagi manusia. Namun hujan akhirnya telah berubah menjadi musibah akibat tangan kita semua. Manusialah yang mengubah hujan menjadi petaka bencana. Jadi keliru bila menyalahkan hujan.
Kedua. Bapak, laju kerusakan hutan di Indonesia ini sebab utamanya atau aktor utamanya adalah tambang. Saya garis bawahi. TAMBANG. Dunia mencatat hutan yang rusak karena tambang: Indonesia Jadi yang Terburuk. Bapak boleh mencari datanya. Sangat banyak.
Secara umum, deforestasi atau pembabatan hutan terjadi karena ulah manusia yang mengubah hutan menjadi area pertambangan. Itu titik starnya. Itu dulu yang mesti disorot. Bukan malah melindungi tambang, dengan retorika akal-akalan lalu mencari kambing hitam dengan menimpahkan kesalahan, menyalahkan masyarakat saja. Masyarakat disadari juga turut berperan besar merusak hutan. Masyarakat juga tamak, rakus pada alam. Jadi, bapak keliru bila menyebut bencana alam yang terjadi di Luwu ini bukan karena aktivitas tambang. Dari membuka jalur jalan bagi tambang saja, sudah tidak terhitung berapa banyak pohon yang hilang. Sudah berapa banyak satwa yang kehilangan rumahnya.
Soal hilangnya hutan karena tambang, sebuah studi "A pantropical assessment of deforestation caused by industrial mining" oleh Stefan Giljum, dkk, mengungkapkan bahwa Indonesia jadi negara yang terburuk, yang berkontribusi terhadap 58,2% deforestasi hutan tropis. Pada periode 2000 hingga 2019, lahan hutan tropis seluas 3.264 km persegi dibabat untuk aktivitas pertambangan. Adapun aktivitas pertambangan yang mengambil lahan hutan berasal dari industri emas, batu bara, emas, biji besi, dan bauksit.
Orang tua saya yang saya hormati. Kami anak-anak daerah ini, berharap kepala bapak bisa tegak. Di tangan bapak dalam jabatan singkat ini, kami berharap bapaklah yang melakukan penguatan berupaya mencegah aktivitas tambang. Atau kelak bapak di kemudian hari akan menyesal, ketika bencana yang lebih besar tiba dan bapak sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
Bapak, apa yang bisa bapak banggakan dari pohon yang baru bapak tanam bulan kemarin ? Pepohonan yang usianya puluhan tahun saja belum ada jaminan mampu menahan amarah air akibat kerusakan yang diakibatkan tambang. Pohon yang bapak tanam sudah tak ada gunanya. Terlambat, bapak.
Pun, saya tak habis pikir bagaimana bisa bapak ikut dibodoh-bodohi modus tambang menanam pohon, padahal merekalah aktor utama di balik kerusakan lingkungan. Itu fakta yang tak bisa dibantah.
Selamatkan kami, bapak. Selamatkan daerah ini sebelum murka datang sebagai jawaban dari kejahatan tangan pada lingkungan.
Hormat saya sebagai anak dan bawahan bapak
Muhammad Nursaleh
*) Penulis adalah Kepala Bidang Pencegahan Peningkatan SDM Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kab. Luwu
(Red)
Yuk! baca artikel menarik lainnya PORTAL NEWS di GOOGLE NEWS
Ikuti saluran WhatsApp PORTAL NEWS – DI SINI
Jangan lupa subscribe dan ikuti Video lainya di Channel Youtube Portal TV