√ Petani Mulai Menjerit, Petani: Pemerintah Diminta Jangan Jadi Pecundang- Portal News - Media Investigasi Pembaharuan Nasional

Jelajahi

Copyright © Portal News
Created with by Portal News
PT ZIB Group Templates

Iklan

Hot Widget

iklan-portal-news

Petani Mulai Menjerit, Petani: Pemerintah Diminta Jangan Jadi Pecundang

Kamis, 04 April 2024, April 04, 2024 WIB Last Updated 2024-04-04T06:52:59Z
Petani Mulai Menjerit, Petani : Pemerintah Diminta Jangan Jadi Pecundang

Luwu, Portal News - Petani di Kabupaten Luwu mengeluhkan ketika anjloknya  harga harga gabah tidak naik-naik di awal musim panen raya tiba.


Pemerintah dan pihak terkait lainnya terlihat tidak melindungi petani akibat harga gabah yang umumnya merugikan petani.


Awalnya, salah satu petani di Luwu mengatakan hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan sedang menghadapi musim panen terbaik.


Dan harga beli jagung dan gabah cenderung turun dan tidak memenuhi ekspektasi petani.


“Pada musim panen raya, hampir 90% di Sulawesi Selatan dimiliki oleh petani. Baik itu petani jagung maupun padi. Harganya tidak sesuai ekspektasi.,  apalagi harga gabah turun,” kata Awal, saat dimintai tanggapannya. Rabu (4/4/2024 ).


Anehnya, saat harga gabah turun, harga beras di pasaran tidak turun, malah cenderung lebih mahal.


“Saat harga gabah turun drastis, harga beras sampai saat ini dijual dengan harga tinggi. Tampaknya ada konspirasi antara pemerintah dan perusahaan besar yang merugikan petani,” ujarnya.


Lanjut petani, ia mengaku, “Sampai saat ini harga gabah di tingkat petani hanya berkisar R5.000/kg, dibandingkan harga beras yang masih Rp15.000/kg.”


Sementara itu, Muksin Sahid dari Komunitas Anak Desa Kabupaten Luwu menegaskan, rendahnya harga gabah sangat merugikan petani.


Penyebabnya, sarana dan prasarana produksi pertanian seperti pestisida dan pupuk terus tumbuh sangat kuat.


"Belum lagi bahan bakar (BBM) tidak turun, malah harganya naik" Pengelolaan pertanian kami itu, menggunakan BBM 100%,” jelas Muksin.


Oleh karena itu, Muksin pun meminta kepada pemerintah dan seluruh pihak terkait, baik anggota DPRD maupun pejabat TNI-POLRI untuk tidak berpangku tangan dan serius mengawasi hal tersebut.


"Kenapa? Karena ketika petani ingin menjual hasil pertanian yang dikelolanya, malah harganya diturunkan di saat yang sama, biaya produksinya sangat mahal. Artinya tidak ada keseimbangan antara biaya produksi yang tinggi dan produksi penjualan. jangan nanti ada lagi pemerintah yang menjadi “Pahlawan" kesiangan dan menaikkan harga gabah setelah panen,” kata Muksin.  ((Red))

Jangan lupa subscribe dan ikuti Video lainya  di Channel Youtube Portal TV 

Silahkan Komentar Anda

Tampilkan


Portal Update


X
X
×
BERITA UTAMA NEWS
-->