Keempat orang pelaku sempat menidurkan jenasah santri di Ponpes Kediri yang berasal dari Banyuwangi tersebut lebih dari 48 jam di asrama ponpes bersama 15 santri lainnya.
Bahkan seorang tersangka, sempat mengganti baju pada jenasah korban seolah masih hidup.
[ Mau Nonton TV Streaming Portal TV? Klik DISINI ] Klik DISINI
Setelah tewas, tubuh Bintang ternyata sempat diinapkan di asrama ponpes.
![]() |
Foto: Almarhum Bintang Balqis semasa hidupnya pernah juara 1 lomba sholawat hadrah se-Jatim |
Fakta tersebut terungkap saat salah satu tersangka AF atau FTH (16) yang juga sepupu Bintang diperiksa di Polsek Glenmore. Pengakuan AF itu disaksikan oleh Ponidi (43), tetangga Bintang.
Menurut Ponidi, AF menyebut Bintang sebenarnya sudah tewas usai dianiaya. Setelah itu, jasad Bintang yang penuh dengan luka itu kemudian ditidurkan di kamar asrama tersangka AF selama semalam.
Saat itu, jasad Bintang ditidurkan dan ditutup dengan sarung. Sedangkan posisi jasad Bintang ditempatkan di paling ujung bersebelahan dengan posisi tidur AF. Sedangkan satu asrama diketahui diisi 15 santri.
Rekonstruksi Kejadian Penganiayaan yang Berujung Kematian Bintang
Rekonstruksi terkait kasus penganiayaan santri yang tewas di Kediri, Jawa Timur. Digelar secara tertutup di Aula Mapolres Kediri Kota. Sebanyak 4 pelaku dihadirkan berikut dengan saksi-saksi dari pihak pondok pesantren yang bersangkutan.
Sebanyak 55 adegan diperagakan berdasarkan berita acara pemeriksaan, hal tersebut dilakukan untuk mencocokan keterangan saksi dan pelaku. Sementara itu, pihak kepolisian menegaskan bahwa korban dianiaya selama 3 hari, yakni pada tanggal 18, 21, dan 22 Februari sebelum dinyatakan meninggal dunia.
Pada rekonstruksi tersebut 4 pelaku mendapat pendampingan dari 8 Kuasa Hukum. Berdasarkan keterangan Kuasa Hukum pelaku, awalnya mereka tidak berniat menyakiti korban.
Mereka sering memberi peringatan kepada korban untuk menjalankan kewajiban (sholat 5 waktu).
Para pelaku bilang, korban tidak menunjukan perubahan sehingga memicu kesalahpahaman di antara mereka.
Sejauh ini sudah ada 9 saksi yang sudah diperiksa oleh polisi, termasuk pengasuh di pondok yang kini ada di Banyuwangi, Jawa Timur bersama dengan keluarga korban.
![]() |
Foto: Jenazah Bintang Balqis saat berada di rumah duka, di Banyuwangi |
Mengapa Berulangkali Kasus Penganiayaan Santri Terjadi?
'Aku takut, mama tolong cepat jemput', santri di Kediri tewas diduga dianiaya - Mengapa terulang lagi kekerasan di pesantren?
Dugaan penganiayaan berujung kematian seorang santri di bawah umur di sebuah pesantren di Kediri, Jatim, tidak dapat dilepaskan dari lemahnya sistem pengawasan terhadap pesantren yang tidak berizin, kata pengamat.
![]() |
Foto: Suasana di Ponpes Al Hanifiyyah Desa Kranding Kec. Mojo Kab. Kediri |
Akibatnya, kasus-kasus kekerasan di pesantren - terutama yang tidak berizin - berpotensi terus terjadi di masa yang akan datang.
Untuk itulah, Kementerian Agama dituntut segera melakukan perbaikan dalam tata kelola pesantren.
Salah satu caranya, menurut Direktur Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Sarmidi Husna adalah dengan mewajibkan setiap pesantren memiliki izin operasional dari Kementerian Agama (Kemenag).
”Kalau diistilahkan pesantren tidak punya izin itu seperti nikah sirih, nikah tidak terdaftar. Pemerintah tidak bisa masuk memberikan pengawasan, dan kalau ada apa-apa [pesantren] tidak bisa diminta pertanggungjawaban,” kata Sarmidi Husna kepada wartawan BBC News Indonesia, Rabu (28/02).
Sebelumnya, seorang santri bernama Bintang Balqis Maulana (14 tahun) meninggal diduga akibat penganiayaan di Pondok Pesantren Tartilul Quran (PPTQ) Al Hanifiyyah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
PPTQ Al Hanifiyyah, menurut Kemenag Jawa Timur, tidak memiliki izin operasional sebagai tempat pondok pesantren.
Kepolisian pun telah menetapkan empat pelaku sebagai tersangka, di mana salah satunya disebut masih kerabat korban.
(Red)