√ Banjir Besar Rendam Toraja, Pertama Kali dalam 10 Tahun Terakhir, Aktivis Lingkungan Pertanyakan Kebijakan Pemkab- Portal News - Media Investigasi Pembaharuan Nasional

Jelajahi

Copyright © Portal News
Created with by Portal News
PT ZIB Group Templates

Iklan

Hot Widget

iklan-portal-news

Banjir Besar Rendam Toraja, Pertama Kali dalam 10 Tahun Terakhir, Aktivis Lingkungan Pertanyakan Kebijakan Pemkab

Senin, 26 Februari 2024, Februari 26, 2024 WIB Last Updated 2024-02-27T01:58:49Z


PORTAL NEWS
-- Banjir besar merendam ratusan rumah dan Pasar Sentral Makale pada Minggu (25/2/2024) malam hingga Senin (26/2) dini hari.


Ketinggian air hingga 1 meter lebih itu membuat 200 rumah warga terdampak.


Banjir juga merobohkan jembatan Kampung Pisang (Kampis) yang terletak Lorong Makmur, Jalan Merdeka.


Sebuah rumah kos semi permanen di sekitar Jembatan Kampis, juga dilaporkan ambruk diterjang arus banjir.


Hujan deras sejak sore membuat sejumlah sungai meluap. Pantauan awak media, warga yang rumahnya kebanjiran berusaha menyelamatkan barang berharga dan dokumen.


Selain rumah dan pasar, banjir juga merendam SMA Katolik Makale.


Terlihat beberapa petugas sekolah berusaha mengamankan arsip-arsip penting milik sekolah.


Babinsa Makale, Serda Silvester, mengimbau warga berhati-hati dan tetap pantau info dari petugas.


"Baru saja dapat info dan petugas sudah di lokasi, ada beberapa titik banjir yang cukup tinggi, termasuk di sekitar Pasar Makale dan Jl Starda," ucapnya.


Bahkan, dalam Pasar Makale yang lokasinya memang rendah, beberapa bangunan nyaris tenggelam.


Silvester mengatakan sedang berkordinasi dengan BPBD Tana Toraja dan Basarnas.


"Ini sementara tunggu perahu, intinya petugas ada di beberapa titik lokasi tetap pantau informasi terkini, bagi warga disekitar Pasar Sentral Makale harap mengungsi sementara bagi yang sangat terdampak," tuturnya.


Diberitakan sebelumnya, banjir juga mengakibatkan 1 mobil minibus terbawa arus banjir hingga masuk dalam sungai.


Mobil terparkir di Jalan Tandung terbawa banjir hingga Jalan Starda, lalu masuk ke sungai dan terbawa arus.


Belum diketahui apakah ada orang di dalam mobil tersebut.


Banjir Ganggu Distribusi Air PDAM


Sementara itu, banjir yang melanda Makale, ibukota kabupaten Tana Toraja, pada Minggu (25/2/2024) malam hingga Senin (26/2) dini hari, berdampak pada pipa distribusi PDAM.


Direktur PDAM Tana Toraja, Frans Mangguali, menyebut jaringan pipa transmisi utama dan pipa distribusi PDAM terputus.


“Bahkan sekitar 100 sambungan rumah tersapu habis, mengakibatkan penyaluran air ke masyarakat sangat terganggu,” ujar Frans, dikonfirmasi Senin (26/2/2024) malam.


Upaya yang dilakukan PDAM yakni membenahi satu persatu pipa yang terdampak banjir.


“PDAM tetap berusaha semaksimal untuk perbaikan. Bahkan alat bantu pipa induk sudah dipesan dari Makassar,” jelasnya.


Banjir di Makale disebabkan Sungai Surame meluap akibat curah hujan tinggi.


Data terkini, sebanyak 660 kepala keluarga terdampak yang tersebar di enam kelurahan yakni, Tondon Mamullu, Bombongan, Ariang, Pantan, Botang, dan Kamali Pentaluan.


Tidak ada korban jiwa atas akibat banjir ini, namun lima orang dilarikan ke rumah sakit akibat hipertensi, sesak napas, dan gigitan ular.  


Tim Basarnas Evakuasi Korban


Tim Basarnas Makassar berhasil mengevakuasi sembilan warga dari rumah mereka yang terkurung banjir di Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Minggu malam.


"Warga yang berhasil dievakuasi sebanyak sembilan orang terdiri dari lima orang dewasa dan empat anak-anak dan sudah dibawa ke tempat lebih aman," ujar Kepala Basarnas Makassar Mexianus Bekabel melalui keterangannya mengutip Antara, Senin (26/2).


Korban banjir tersebut bermukim di wilayah dekat bantaran sungai saat debit air meninggi sebagai dampak curah hujan cukup tinggi di Kelurahan Makale, Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja pada Minggu (25/2/2024) malam.


"Kami menerima laporan ada warga terdampak banjir di wilayah Makale Tana Toraja yang membutuhkan evakuasi. Selanjutnya menerjunkan personel di Unit Siaga Tana Tirana menuju ke lokasi," katanya.


Sesaat tiba di lokasi, tim langsung melakukan pemantauan wilayah terdampak sekaligus melakukan evakuasi terhadap warga yang rumahnya terkepung banjir menggunakan perahu karet.


"Tim langsung berkoordinasi dengan instansi dan masyarakat setempat untuk melakukan evakuasi terhadap warga yang rumahnya terdampak," ujarnya.


Dari hasil asesmen bersama instansi terkait, tercatat sebanyak 60 rumah terdampak banjir dan seluruh warga yang terdampak telah diungsikan dan dipastikan aman dan tidak membutuhkan evakuasi.


"Selain mengevakuasi, tim juga melakukan asesmen di lapangan bersama instansi terkait," ujarnya.


Dari pantauan, ketinggian air di lokasi kejadian berangsur surut dan rumah terdampak sudah berkurang, namun demikian seluruh tim masih terus meningkatkan kesiapsiagaan dan bergerak saat dibutuhkan.


Atas kejadian itu, Mexianus menyampaikan imbauan agar bila terjadi peningkatan volume air di sekitar pemukiman, maka warga sebisa mungkin segera melakukan evakuasi mandiri menuju tempat yang lebih aman untuk sementara waktu.


"Puji Tuhan, kita bersyukur seluruh warga terdampak berhasil dievakuasi. Kami berharap ke depan bila terjadi banjir warga terdampak segera melakukan evakuasi mandiri ke tempat lebih aman untuk menghindari risiko keselamatan," tuturnya mengimbau.


Aktivis Lingkungan Hidup Protes di Sosmed


Salah satu aktivis lingkungan hidup Tana Toraka, Abraham Kalalimbong melancarkan aksi protes dan mempertanyakan kebijakan Pemkab Toraja dalam menegakkan aturan hukum terutama soal batas sempadan di tepi kali atau sungai, di dalam kota Makale.


Abraham memosting keresahannya di Facebook pada Minggu (25/02) pukul 20.35 Wita.


Ia menulis di grup Facebook LSM Peduli Kelestarian Sungai dan Lingkungan Toraja.


Abraham bilang: 


Waspada banjir besar menimpa kota Makale akibat ketidaktegasan (Pemerintah, red) menerapkan aturan garis sempadan sungai, membangun talut semaunya pemilik bangunan tanpa ada aturan yg jelas dari Pemda Toraja. 🌧🌊


Nah, gimana nir menurut anda?  


Warga Terjebak di Rumahnya


Banjir bandang melanda Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel). Sebanyak 21 warga sempat terjebak di dalam rumahnya hingga tim SAR gabungan melakukan evakuasi.


"Semalam sampai saat ini ada 21 warga yang sudah dievakuasi menggunakan perahu karet," kata Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Tana Toraja Destina, Senin (26/2/2024), dilansir dari Detik.


Destina mengungkapkan, 21 warga tersebut dievakuasi lantaran terjebak di dalam rumahnya saat banjir bandang menerjang. Kata dia, warga yang dievakuasi di antaranya ada 4 balita dan 4 lansia.


"Ada 4 balita dan lansia. Sudah diselamatkan kemudian ditempatkan di posko BPBD yang berada di gedung Tammuan Mali' Makale. Di sana sementara tempat pengungsian," ungkapnya.


Dia mengutarakan, wilayah yang paling terdampak banjir berada di Kompleks Pasar Makale dengan ketinggian air hingga 3 meter. Menurutnya, kurang lebih sebanyak 200 rumah warga terendam banjir setelah air Sungai Porrok Tedong meluap.


"Kalau rumah terdampak kurang lebih 200, tapi kita masih data. Wilayah yang paling terdampak itu sekitar wilayah Kompleks Pasar Makale, ketinggian air sampai 3 meter setelah air sungai meluap," ucapnya.


Destina menambahkan, kondisi banjir saat ini sudah mulai surut, namun warga masih mengungsi. Pihaknya sementara melarang warga untuk kembali ke rumah karena mewaspadai adanya banjir susulan yang akan terjadi.


"Diimbau untuk mengungsi dulu sementara di gedung Tammuan Mali', kita masih mewaspadai adanya banjir susulan karena intensitas hujan masih sangat tinggi," ujarnya.


Diberitakan sebelumnya, banjir bandang terjadi di Kecamatan Makale, Tana Toraja sekitar pukul 20.00 WITA, Minggu (25/2). Intensitas curah hujan tinggi membuat air bah dari hulu Sungai Porrok Tedong memasuki pemukiman warga.


Warga yang berada di sekitar wilayah sungai itu pun dievakuasi tim gabungan yang meliputi BPBD Tana Toraja, Basarnas, TNI dan Polri. Diperkirakan kurang lebih 200 rumah warga terdampak akibat banjir tersebut.


"Penyebabnya hujan intensitas tinggi mengguyur Tana Toraja mengakibatkan ada air bah dari hulu sungai Porrok Tedong, kemudian meluap masuk ke pemukiman warga," jelas Destina, Minggu (25/2).


Sebelumnya Sempat Terjadi Longsor


Longsor menutup akses jalan penghubung antarkecamatan di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel). 


Akibatnya, arus lalu lintas (lalin) terhambat karena material longsor setinggi 2 meter.


"Iya tadi terjadi longsor, sementara ini saya masih di lokasi," ujar Babinsa Desa Sikuku, Sersan Rolly FG, Sabtu (24/2/2024).


Rolly mengatakan peristiwa longsor terjadi di Desa Sikuku, Kecamatan Kapalapitu, Toraja Utara, Sabtu (24/2) sekitar pukul 06.45 Wita. Dia menyebut tebing setinggi 150 meter tiba-tiba longsor.


"Itu laporan warga tadi pagi, tebing kurang lebih tingginya 150 meter longsor. Itu terjadi karena air hujan jadi labil tanahnya, memang sudah dua hari hujan terus," ungkapnya.


Dia mengungkapkan material longsor menimpah jalan poros antara Kecamatan Kapalapitu, Rindingallo, Awan Rantekarua, dan Baruppu. Akibatnya jalan tersebut tidak dapat dilalui warga.


"Sementara tidak bisa dilalui karena tebalnya material longsor, dua meter ketebalannya," bebernya.


Rolly menambahkan, pihaknya dan warga setempat sementara membuat jalan alternatif agar bisa dilalui kendaraan roda dua. Namun kata dia, untuk kendaraan roda empat sementara belum bisa lewat.


"Ini kita lagi buat jalur alternatif untuk sementara waktu agar bisa dilewati warga sambil menunggu alat berat dari BPBD datang, jadi motor bisa lewat tapi itu harus dibantu dorong. Kalau mobil sementara tidak bisa," pungkasnya. 

Lihat videonya DISINI  

(Red)

Silahkan Komentar Anda

Tampilkan


Portal Update


X
X
×
BERITA UTAMA NEWS
-->