POLITIK,
PORTAL NEWS - Meski kerap menjadi sasaran fitnah dan kampanye negatif oleh
lawan politiknya, terutama melalui media sosial yang geram, nama Anies Baswedan
nampaknya semakin ramai diperbincangkan dan pertanyaannya semakin lantang.
Meminjam istilah anak jaman sekarang : Berbahaya bukan?
Setelah
Stadion JIS "digoreng" lalu diambil alih oleh banyak pegiat media
sosial yang rutin menyebut Anies, nama
mantan Gubernur DKI Jakarta itu baru populer.
Ini
menurut survei komunitas terbaru oleh Indonesian Lawyers Club (ILC).
Jajak
pendapat yang masih berlangsung hingga berita ini ditulis menunjukkan mayoritas menginginkan Anies
Baswedan sebagai presiden.
"#PollingILC
Ketika Presiden Jokowi bertanya kepada Surya Paloh, siapa cawapres Anies? Anies
pun jalan kaki. Jadi, siapa capres pilihan anda?" tertulis di akun Twitter
resmi ILC @ILCTalkshow, dikutip beberapa waktu lalu, Sabtu (22/07/2023).
Pengguna
Twitter bisa memilih Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan dari
tiga nama berturut-turut. Jajak pendapat WITA
yang masih berlangsung hingga pukul 09.00 menunjukkan Anies Baswedan
menang signifikan dengan 46,6 persen, disusul Ganjar Pranowo dengan 34,7
persen, dan Prabowo Subianto dengan 18,6 persen.
Sementara
itu, menurut pengamat sosial politik Sulung Nof, jajak pendapat merupakan alat penelitian yang biasa
digunakan untuk mengukur opini publik. Opini publik dipengaruhi oleh beberapa
variabel, diantaranya media. Media massa juga digunakan untuk mempublikasikan
kegiatan kampanye, dan untuk kampanye produk, kampanye sosial dan politik.
“Dalam
dunia demokrasi modern, jajak pendapat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
luas tentang calon pemilih di antara kandidat tertentu sebagai modal utama
kerja kepemiluan dan untuk menyentuh basis massa yang diproyeksikan masih belum
memiliki insentif signifikan untuk memilih,” jelas penulis Buku Guru Emas: 7
Poin Menjadi Guru yang Mengharukan karya Fajar.
Salah satu metode pemungutan suara yang digunakan lembaga survei selama pemilu adalah Exit Poll. Pemungutan suara dilakukan setelah pemilih meninggalkan Tempat Pemungutan Suara (TPS). Dengan begitu, hasil pemilu bisa lebih cepat dievaluasi untuk disampaikan ke publik tanpa harus menunggu waktu tertentu.
Menariknya,
jajak pendapat yang saat ini digunakan sebagai data alternatif untuk
membandingkan hasil penelitian dianggap sebagai hiburan semata. Argumennya
adalah bahwa jajak pendapat tidak dianggap memiliki elemen metodologi yang
ketat dan tepat yang sama dengan penelitian ilmiah.
Sehingga
para surveyor merasa percaya diri karena para politisi “percaya” dengan hasil
survey tersebut. Kembali ke pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 (Blink) setahun
lalu, hasil pemilihan Anies - Sandi kalah jauh dari Ahok - Djarot. Namun di
saat yang sama, suara Anies - Sandi pun menggila di jajak pendapat beberapa media
seperti Medcom, Viva, dan Berita Satu. Mengutip hasil polling yang dilakukan
akun Twitter Medcom @Metro-TV, dengan 11.073 pemilih pada Jumat (11/02/2017),
suara Anies-Sand unggul dengan 48 persen, bandingkan Ahok-Djarot 47 persen dan
Agus - Sylvi 5 persen.
Selain
itu, Viva juga melakukan polling serupa melalui akun Twitter @VIVAcoid dengan
total 11.475 suara. Anies-Sandi menang dengan 48 persen, disusul Ahok - Djarot
dengan 45 persen, dan Agus - Sylvi
dengan 7 persen. Sementara itu, polling akun Twitter Berita Satu @Beritasatu
menunjukkan total 3.485 suara, sedangkan Anies - Sandi 59 persen. Sedangkan
Ahok - Djarot mendapat 38 persen dan Agus-Sylvi meraih 3 persen.
Diketahui,
pada Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu, pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga
Salahuddin Uno berhasil merebut tampuk pimpinan ibu kota dengan mengalahkan
Ahok - Djarot di putaran kedua. Meski beberapa hari sebelum pencoblosan, jajak
pendapat memuat informasi bahwa suara Anies - Sandi kalah.
Disinilah
metode survei menjadi penting saat mengukur kekuatan di lapangan. Hasil jajak
pendapat dan jajak pendapat yang saling bertentangan memicu tanggapan dari
berbagai pihak. Ambil contoh Dr. Refly Harun. Dia mempertanyakan fenomena
terbalik antara publikasi ilmiah dan hasil survei. Karena tugas kedua media
massa ini adalah membentuk opini publik. Fakta setempat menyebutkan, ketika
Anies Baswedan berkunjung ke kawasan itu, masyarakat selalu menyapanya. Ini
konsisten dengan jajak pendapat yang mendukung
namanya.
"Polling
ini tentu jauh lebih jujur dibanding surat suara yang bisa dimanipulasi.
Apalagi kalau ada perintah survei. Kalau ini (suara, red) maunya apa ya. Dan
pertanyaannya malah tidak mengarah ke mana-mana," kata Refly langsung di
kanal YouTube miliknya Rabu, 10 Mei 2023, mengumumkan hasil polling yang
menemukan Anies Baswedan sebagai calon presiden yang paling berkomitmen
memberantas korupsi.
Dibandingkan dengan fakta sejarah hari ini sebelum pemilihan presiden Indonesia 2024-2029, nama Anies Baswedan selalu berada di peringkat paling bawah dibandingkan calon presiden lainnya. Hebatnya, Anies Baswedan selalu menang telak atas Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan kandidat lainnya di semua jajak pendapat yang dilakukan. (fjr/Red)