√ Selalu Dibombardir Isu Tak Sedap, Polling Anies Baswedan di Medsos Justru Kian Moncer, Gak Bahaya Ta?- Portal News - Media Investigasi Pembaharuan Nasional

Jelajahi

Copyright © Portal News
Created with by Portal News
PT ZIB Group Templates

Iklan

Hot Widget

iklan-portal-news

Selalu Dibombardir Isu Tak Sedap, Polling Anies Baswedan di Medsos Justru Kian Moncer, Gak Bahaya Ta?

Sabtu, 22 Juli 2023, Juli 22, 2023 WIB Last Updated 2023-07-23T12:31:15Z


POLITIK, PORTAL NEWS - Meski kerap menjadi sasaran fitnah dan kampanye negatif oleh lawan politiknya, terutama melalui media sosial yang geram, nama Anies Baswedan nampaknya semakin ramai diperbincangkan dan pertanyaannya semakin lantang. Meminjam istilah anak jaman sekarang : Berbahaya bukan?

 

Setelah Stadion JIS "digoreng" lalu diambil alih oleh banyak pegiat media sosial yang  rutin menyebut Anies, nama mantan Gubernur DKI Jakarta itu baru populer.

 

Ini menurut survei komunitas terbaru oleh Indonesian Lawyers Club (ILC).

 

Jajak pendapat yang masih berlangsung hingga berita ini ditulis  menunjukkan mayoritas menginginkan Anies Baswedan sebagai presiden.

 

 

"#PollingILC Ketika Presiden Jokowi bertanya kepada Surya Paloh, siapa cawapres Anies? Anies pun jalan kaki. Jadi, siapa capres pilihan anda?" tertulis di akun Twitter resmi ILC @ILCTalkshow, dikutip beberapa waktu lalu, Sabtu (22/07/2023).

 

Pengguna Twitter bisa memilih Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan dari tiga nama berturut-turut. Jajak pendapat WITA  yang masih berlangsung hingga pukul 09.00 menunjukkan Anies Baswedan menang signifikan dengan 46,6 persen, disusul Ganjar Pranowo dengan 34,7 persen, dan Prabowo Subianto dengan 18,6 persen. 

 

 

Sementara itu, menurut pengamat sosial politik Sulung Nof, jajak pendapat  merupakan alat penelitian yang biasa digunakan untuk mengukur opini publik. Opini publik dipengaruhi oleh beberapa variabel, diantaranya media. Media massa juga digunakan untuk mempublikasikan kegiatan kampanye, dan untuk kampanye produk, kampanye sosial dan politik.

 

“Dalam dunia demokrasi modern, jajak pendapat dilakukan untuk mendapatkan gambaran luas tentang calon pemilih di antara kandidat tertentu sebagai modal utama kerja kepemiluan dan untuk menyentuh basis massa yang diproyeksikan masih belum memiliki insentif signifikan untuk memilih,” jelas penulis Buku Guru Emas: 7 Poin Menjadi Guru yang Mengharukan karya Fajar.

 

Salah satu metode pemungutan suara yang digunakan lembaga survei selama pemilu adalah Exit Poll. Pemungutan suara dilakukan setelah pemilih meninggalkan Tempat Pemungutan Suara (TPS). Dengan begitu, hasil pemilu bisa lebih cepat dievaluasi untuk disampaikan ke publik tanpa harus menunggu waktu tertentu.

 


Menariknya, jajak pendapat yang saat ini digunakan sebagai data alternatif untuk membandingkan hasil penelitian dianggap sebagai hiburan semata. Argumennya adalah bahwa jajak pendapat tidak dianggap memiliki elemen metodologi yang ketat dan tepat yang sama dengan penelitian ilmiah.

 

 

Sehingga para surveyor merasa percaya diri karena para politisi “percaya” dengan hasil survey tersebut. Kembali ke pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 (Blink) setahun lalu, hasil pemilihan Anies - Sandi kalah jauh dari Ahok - Djarot. Namun di saat yang sama, suara Anies - Sandi pun menggila di jajak pendapat beberapa media seperti Medcom, Viva, dan Berita Satu. Mengutip hasil polling yang dilakukan akun Twitter Medcom @Metro-TV, dengan 11.073 pemilih pada Jumat (11/02/2017), suara Anies-Sand unggul dengan 48 persen, bandingkan Ahok-Djarot 47 persen dan Agus - Sylvi 5 persen.

 

 

Selain itu, Viva juga melakukan polling serupa melalui akun Twitter @VIVAcoid dengan total 11.475 suara. Anies-Sandi menang dengan 48 persen, disusul Ahok - Djarot dengan 45 persen, dan  Agus - Sylvi dengan 7 persen. Sementara itu, polling akun Twitter Berita Satu @Beritasatu menunjukkan total 3.485 suara, sedangkan Anies - Sandi 59 persen. Sedangkan Ahok - Djarot mendapat 38 persen dan Agus-Sylvi meraih 3 persen.

 

 

 

Diketahui, pada Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu, pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno berhasil merebut tampuk pimpinan ibu kota dengan mengalahkan Ahok - Djarot di putaran kedua. Meski beberapa hari sebelum pencoblosan, jajak pendapat memuat informasi bahwa suara Anies - Sandi kalah.

 

 

Disinilah metode survei menjadi penting saat mengukur kekuatan di lapangan. Hasil jajak pendapat dan jajak pendapat yang saling bertentangan memicu tanggapan dari berbagai pihak. Ambil contoh Dr. Refly Harun. Dia mempertanyakan fenomena terbalik antara publikasi ilmiah dan hasil survei. Karena tugas kedua media massa ini adalah membentuk opini publik. Fakta setempat menyebutkan, ketika Anies Baswedan berkunjung ke kawasan itu, masyarakat selalu menyapanya. Ini konsisten dengan  jajak pendapat yang mendukung namanya.

 

 

"Polling ini tentu jauh lebih jujur ​​dibanding surat suara yang bisa dimanipulasi. Apalagi kalau ada perintah survei. Kalau ini (suara, red) maunya apa ya. Dan pertanyaannya malah tidak mengarah ke mana-mana," kata Refly langsung di kanal YouTube miliknya Rabu, 10 Mei 2023, mengumumkan hasil polling yang menemukan Anies Baswedan sebagai calon presiden yang paling berkomitmen memberantas korupsi.

 

 

Dibandingkan dengan fakta sejarah hari ini sebelum pemilihan presiden Indonesia 2024-2029, nama Anies Baswedan selalu berada di peringkat paling bawah dibandingkan calon presiden lainnya. Hebatnya, Anies Baswedan selalu menang telak atas Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan kandidat lainnya di semua jajak pendapat yang dilakukan. (fjr/Red)

Silahkan Komentar Anda

Tampilkan


Portal Update


X
X
×
BERITA UTAMA NEWS
-->