Luwu, Portal News - Untuk mencegah dan mengurangi stunting dan gizi buruk, tim penggerak PKK Kabupaten Luwu bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD), Dinas Kesehatan dan Bapelitbangdaga menyelenggarakan acara jejaring penanganan dan pencegahan anak tersandung Gizi Buruk Tahun 2022 di Balai Kantor Bappelitbangda, Kelurahan Senga, Kecamatan Belopa. Senin, (11/10/2022)
Dalam
sosialisasi ini, dihadirkan para camat, kepala desa, kepala puskesmas serta
petugas gizi dan kesling, Kader Pemberdayaan Manusia dari tiap desa dan
kelurahan di masing-masing puskesmas.
Ketua
TP PKK Kabupaten Luwu Dr Hj Hayarna Basmin mengatakan sosialisasi ini dinilai
sangat penting, karena bisa menjadi hantu berbahaya bagi pertumbuhan dan
perkembangan generasi penerus bangsa.
“Stunting
adalah kondisi balita yang kondisi diatas rata-rata. Hal ini disebabkan
konsumsi makanan jangka panjang yang tidak mencukupi kebutuhan. Perlambatan
dapat memperlambat perkembangan otak dan memiliki efek jangka panjang berupa
keterbelakangan mental, kemampuan belajar yang buruk dan risiko penyakit
kronis," kata Hj Hayarna.
Hj
Hayarna berharap melalui sosialisasi ini para peserta memiliki pemahaman yang
sama tentang bagaimana pencegahan stunting dan gizi buruk yang dapat ditangani,
sehingga angka stunting di Luwu yang mencapai 9 persen dapat ditekan atau
diturunkan.
“Kita
bergerak bersama, semua sektor unggulan
terkait stunting dan gizi buruk, bersinergi dengan pemerintah daerah,
Kecamatan, kelurahan dan desa serta KPM
desa dan kelompok dasa wisma,” lanjutnya.
Direktur
DPMD, H Busta mengundang Camati, Puskesmas. Pengelola, sesepuh desa dan sesepuh
desa dapat bekerja sama dengan baik sesuai tahapan dan urutan melakukan peran
pemeran pengganti.
Selain
itu, Kepala DPMD, H Bustan mengajak para Camat, Kepala Puskesmas, Lurah dan
kepala desa dapat bekerjasama dengan baik sesuai tahapan dan urutan pelaksanaan
peranan stunting.
“Secara
kolaboratif, kami sedang menyiapkan regulasi di DPMD yang mengatur tentang
pemanfaatan dan pencegahan stuting, yang nantinya akan menjabarkan tugas dan
fungsi masing-masing stakeholder,” Ucap H Bustan
H
Bustan optimis seluruh elemen akan bergerak maksimal. berdasarkan tugasnya, bukan
tidak mungkin Kabupaten Luwu dapat menekan angka stunting menjadi 0 persen.
““Kami
berharap KPM dan bidan desa serta kader
yang ditugaskan untuk menangani stunting bisa sama-sama paham, terutama dalam
menentukan bayi atau balita yang stunting. Masuk kategori atau tidak, harus ada
koordinasi dengan pihak puskesmas, sebelum memasukkan informasi di aplikasi.
Begitu juga dengan alat ukur dan timbangan harus memenuhi standar,"
ujarnya.
Sementara,
Kepala Bapelitbangda Moh Arsyal Arsyad menjelaskan pada tahun 2021. Jumlah
stunting mencapai 2.655 anak atau 10,35
persen, dari total jumlah balita atau 25.659 anak.
“Tahun
2022, dari 24.156 anak di bawah usia 5 tahun, tercatat sebanyak 2.265 atau 9,38
persen. Sama halnya yang dikatakan Kadis DPMD,
saya harap camat, kades dan lurah serta KPM dan tim yang turun mendata
harus benar-benar sesuai informasi, dan mengintervensi dalam penanganan
stunting. Langkah apa yang harus diambil, sehingga penggunaan anggaran tepat
sasaran dan efektif,” jelas Moh Arsal.
Dalam
materinya Kepala Dinas Kesehatan dr Rosnwary Basir memaparkan strategi
percepatan penurunan stunting, yang perlu dilakukan penanganan dan pencegahan,
serta gizi buruk. Perlu dilakukan penyuluhan kesehatan gizi pada calon
pengantin. Deteksi ibu hamil beresiko, edukasi gizi oleh ibu-ibu KWT. Dan
membentuk kelas ibu hamil dan kader penggerak ibu hamil, kader desa dan
membangun edukasi pada remaja putri. Dan edukasi penanganan dan pencegahan
stunting serta gizi buruk ini, kembali dilaksanakan di tiga tempat. Yaitu Desa
Bonepute di Kec. Larompong Selatan, Desa Bakti di Kec. Ponrang Selatan, dan
Desa Lampuara di Kec. Ponrang Selatan.
Rilis:
Kominfo
Editor:
Zainuddin