PORTAL NEWS -- Putu Satria Ananta Rustika (19), taruna tingkat satu di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta tewas dianiaya seniornya di kamar mandi.
Polisi mengungkap ucapan pelaku, Tegar Rafi Sanjaya (21) saat melakukan penganiayaan kepada korban.
Namun, sebelum lanjut membaca berita kami, jangan lupa follow/subscribe kanal Youtube kami PORTAL TV di LINK ini ya? Dengan features menarik setiap pekannya.
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan mengungkap penganiayaan ini dilatarbelakangi masalah senioritas.
Pelaku sempat menanyakan kepada korban 'siapa yang paling kuat'.
"Kalau ditanya motif, motifnya tadi kehidupan senioritas. Kalau bisa disimpulkan mungkin ada arogansi senioritas. Karena merasa 'mana yang paling kuat', kan ada kalimat-kalimat itu, itu juga nanti mungkin ini menjadi titik tolak untuk melakukan penyelidikan," jelas Kombes Gidion, dikutip Kompas, Senin (6/5/2024).
Gidion mengungkap bahwa pemukulan ini dianggap seolah jadi sebuah tradisi dari senior kepada junior. Korban bersama 4 temannya kemudian dikumpulkan di kamar mandi.
"Korban bersama 4 rekannya, ada yang menyebut sebagai tradisi taruna, ada penindakan terhadap junior, karena dilihat ada yang salah menurut persepsi senior. Sehingga dikumpulkan di kamar mandi," katanya.
Putu menjadi korban pertama pemukulan tersebut. Sementara 4 temannya belum sempat dianiaya pelaku.
"Di kamar mandi itu ada 5 orang, korban adalah yang mendapatkan pemukulan pertama dan yang 4 belum sempat," tuturnya.
Penyebab Korban Tewas
Polisi mengungkap adanya tanda kekerasan di tubuh korban yaitu luka di bagian ulu hati. Jenazah korban divisum di RS Polri.
"Ada luka bekas kekerasan. Bagian sekitar ulu hati. Bukan (luka bekas) benda tumpul, tapi luka tumpul. Sebab-sebab meninggalnya masih kita telusuri. Kita masih melakukan pemeriksaan laboratoris secara forensik dilakukan pemeriksaan visum oleh dokter yang berkompeten di RS Polri Kramat Jati untuk mengetahui sebab kematian," imbuhnya.
Polisi menyatakan tersangka Tegar Rafi Sanjaya adalah pelaku tunggal dalam kasus kekerasan yang menyebabkan korban meninggal dunia itu.
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan mengungkap kasus tewasnya taruna STIP, Putu Satria Ananta Rustika (19) (Brigitta Belia/detikcom)
"Kami menyimpulkan tersangka tunggal dalam peristiwa pidana ini yaitu Saudara TRS, salah satu taruna STIP Cilincing tingkat dua," jelasnya.
Pemukulan senior ke junior jadi tradisi
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan, penganiayaan yang dilakukan senior terhadap junior di STIP merupakan tradisi.
“Terkait kasus pemukulan, memang ada yang menyebut (pemukulan) sebagai tradisi taruna. Ada juga yang menyebut sebagai penindakan terhadap junior,” ujar Gidion di kantornya, Sabtu (4/5/2024).
Sebagai senior tingkat 2, Tegar merasa perlu melakukan ‘penindakan’ ketika melihat juniornya melakukan kesalahan.
“Ada yang salah menurut persepsi senior (Tegar), sehingga korban dan empat temannya dikumpulkan di dalam toilet,” kata Gidion.
Gidion melanjutkan, ada motif senioritas dalam kasus penganiayaan ini, di mana Tegar memiliki rasa arogansi terhadap juniornya.
“Motifnya ya itu, kehidupan senioritas. Jadi mungkin tumbuh rasa arogansi,” ujar Gidion.
Senioritas itu, kata Gidion, tampak sebelum peristiwa pemukulan terhasap Putu terjadi.
Disebutkan bahwa Tegar sempat bertanya ke korban dan empat temannya, siapa yang paling kuat di antara mereka berlima.
"Ada satu kalimat dari tersangka yang menyatakan gini, ‘Mana yang paling kuat?’," kata Gidion.
"Kemudian korban mengatakan bahwa dia yang paling kuat karena dia merasa dirinya adalah ketua kelompok dari komunitas tingkat 1 ini,” sambungnya.
Mendengar ucapan itu, Tegar seketika melayangkan pukulan ke arah ulu hati korban.
Peristiwa serupa pernah terjadi
Kasus penganiayaan berujung maut di STIP bukan pertama kali terjadi, tetapi sudah berulang-ulang.
Pada 25 April 2014, salah satu taruna STIP bernama Dimas Dikita Handoko (19) juga tewas usai dianiaya oleh para seniornya di rumah kos daerah Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara.
Dimas dianiaya karena dianggap tidak menghormati para seniornya.
Para pelaku, yakni Angga Afriandi (21), Fachry Husaini Kurniawan (19), dan Adnan Fauzi Pasaribu (20) memukul perut sebelah kanan Dimas sebanyak empat kali lalu menamparnya.
Setelah dipukul dan ditampar, Dimas langsung terjatuh lalu tak sadarkan diri.
Para pelaku yang panik langsung mencoba menolong korban dengan memberi obat masuk angin. Karena Dimas tidak bereaksi, mereka langsung membawanya ke Rumah Sakit Pelabuhan, Koja, Jakarta Utara.
Di rumah sakit tersebut, nyawa Dimas tak tertolong dan akhirnya ia meninggal dunia.
Peristiwa penganiayaan berujung maut di STIP juga menimpa Amirulloh Adityas Putra (19) pada Selasa (10/1/2017).
Amirulloh dan lima taruna lainnya dianiaya oleh lima orang senior di Dormitory Ring 4 Kamar 205 lantai II, di STIP.
Para korban datang ke TKP untuk dianiaya oleh para pelaku dengan cara dipukul menggunakan tangan kosong secara bergantian ke arah perut, dada, dan ulu hati.
Amirullah yang dipukuli secara bergiliran akhirnya jatuh tak sadarkan diri ketika pelaku berinisial WH memukuli sambil meneriakinya dengan ucapan "Sama-sama anak Priok!".
Amirullah tiba-tiba ambruk ke dada WH dan segera diangkat ke tempat tidur yang ada di kamar itu.
Para pelaku yang panik akhirnya mengadu ke seniornya yang merupakan taruna tingkat IV yang kemudian dilanjutkan ke piket medis dan pembina STIP.
Saat diperiksa dokter piket STIP, Amirullah ternyata sudah tak bernyawa.
Kronologi Kejadian
Penganiayaan siswa taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) bernama Putu Satria Ananta Rastika (19) oleh seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21), berawal ketika Putu tak ikut pelajaran olahraga, Jumat (3/5/2024).
Putu dan empat orang temannya bertemu dengan seniornya, salah satunya Tegar, ketika turun ke lantai bawah.
"Untuk siswa tingkat satu saat itu kegiatannya olahraga, nah si korban ini bersama teman-temannya berjumlah lima orang, menuju ke kamar mandi karena tertinggal atau tidak mengikuti kegiatan olahraga," ucap Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hady Saptura Siagian saat dikonfirmasi, Minggu (5/5/2024).
Karena melihat Putu dan teman-temannya memakai seragam olahraga, Tegar pun memanggil Putu ke kamar mandi.
Korban dan keempat temannya berbaris saat itu. Tak lama Tegar langsung memukuli Putu tepat di ulu hati hingga terjatuh.
Tegar pun panik. Ia menyuruh empat teman-teman Putu untuk meninggalkan kamar mandi.
Setelah itu, Tegar mencoba menarik lidah Putu dengan maksud untuk membantu korban.
Namun, tindakan itu ternyata memperparah kondisi Putu karena saluran napasnya menjadi tertutup. Putu tetap tak sadarkan diri dan akhirnya dievakuasi ke klinik.
"Pada saat kami temukan di rumah sakit masih mengenakan baju olahraga," jelas Hady.
Diberitakan sebelumnya, Putu sudah dinyatakan meninggal dunia di klinik.
Pasalnya, sudah tidak ada nadi yang berdenyut di tubuh korban ketika dilakukan pemeriksaan.
"Pada saat diperiksa oleh klinik sekolah setempat, sudah dalam kondisi tidak bernadi. Nadinya sudah berhenti, dan mungkin sudah bagian dari tanda-tanda hilang nyawa," ucap Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan.
(Red)
Yuk! baca artikel menarik lainnya PORTAL NEWS di GOOGLE NEWS
Ikuti saluran WhatsApp PORTAL NEWS – DI SINI
Jangan lupa subscribe dan ikuti Video lainya di Channel Youtube Portal TV