PORTAL NEWS -- Pengamat sepak bola, Iccank Razcal, ikut mengomentari terkait kisruh di 8 Besar Liga Ramadhan Palopo yang videonya sempat viral di sosial media yang digelar di Lapangan Pancasila kota idaman, Jumat (5/4), kemarin.
Dalam laga antara Bhayangkara Palopo versus RR Community FC yang masih sementara berlangsung di babak pertama, terjadi keributan saat salah satu pemain RR Community ditekel oleh Irvan Wahyudi mengakibatkan pemain itu terjatuh dan telah diberi sanksi kartu kuning oleh wasit Dona Doni yang memimpin jalannya pertandingan tersebut.
Namun entah mengapa, ada salah satu Suporter RR Community yang tidak menerima baik keputusan tersebut dan malah memasuki area steril yakni lapangan pertandingan, yang dalam kedudukan skor imbang saat itu masih 0-0.
Beberapa jurus kemudian, pemain Bhayangkara FC yang melihat gerakan tambahan ini langsung menyuruh oknum suporter tadi untuk keluar lapangan. Wajar kan? karena pertandingan belum selesai dan ada wasit yang memimpin jalannya pertandingan. Namun entah apa yang terjadi, setelah itu ada adu mulut dan aksi dorong-dorongan pun terjadi.
Menanggapi kejadian ini, Iccank yang dikenal sebagai salah satu pelaku sepak bola yang sering mengadakan event olahraga, terutama event sepakbola usia dini di kota Palopo merasa prihatin.
"Tentu saya prihatin, kita kok kayak kembali ke zaman batu ya? Sepakbola Indonesia ini sudah modern, sudah ditata dengan baik oleh PSSI, eh kita di Luwu Raya masih ada juga oknum yang tidak paham regulasi, baik itu Official Team, pelatih maupun pemain serta suporter atau penonton.
Mantan Caleg Partai Buruh ini meminta agar Askot PSSI Palopo lebih tegas dalam membuat event dan memberi saksi kepada oknum pemain dan oknum penonton serta official team yang terbukti sah melanggar regulasi yang sudah ditetapkan saat Tehnical Meeting berlangsung sebelum turnamen dimulai.
"Askot PSSI Palopo harus tegas memberi sanksi. Kita malu jika namanya saja yang Liga Ramadhan tapi perilakunya tidak mampu menahan diri dan emosi di bulan suci, bulan puasa. Saya setuju dengan pendapat ketua APSSI Kab Luwu, bukan saja soal sanksi tapi memang sosialisasi terkait regulasi dan tata krama di lapangan ini belum menyentuh level paling bawah. Wajar jika netizen menganggap masih ada juga warisan feodal yakni Paggolo Lemo atau kampungan dan sebagainya, karena memang banyak sekali ternyata yang belum paham regulasi pertandingan termasuk anggota DPRD sekalipun," sentilnya.
Lebih jauh, eks jurnalis yang kini sudah mengantongi lisensi Pelatih D ini menyebut beberapa kesalahan penanganan kasus kericuhan di 8 Besar Liga Ramadhan Palopo yang harusnya jadi pembelajaran semua pihak.
1. Penonton/suporter bahkan official team dan pemain cadangan sekalipun tidak berhak memasuki lapangan saat pertandingan masih sementara berlangsung. Jika ada yang masuk maka sanksi ringan adalah teguran, kemudian kartu kuning dan terberat adalah kartu merah hingga denda materiil berupa ganti rugi uang.
2. Pemain yang namanya ada di Line Up tidak berhak mengusir oknum penonton atau oknum pemain cadangan/official team yang memasuki lapangan sepak bola, yang hendak memukul atau memprotes keputusan wasit.
Tugas mengamankan oknum liar tersebut menjadi tanggung jawab sepenuhnya pihak Panitia pelaksana cq Seksi keamanan/aparat penegak hukum biasa disebut "Steward", bukan tanggung jawab Pemain yang sedang bertanding.
3. Bilamana ada pemain yang kedapatan memukul atau melakukan tindak kekerasan, baik verbal maupun non verbal (berkata kasar, meludahi pemain dll dsb) maka wajib diberi sanksi berat, yakni kartu merah
4. Di setiap event turnamen wajib dibentuk Panitia Disiplin (Pandis) sebagai bentuk penyelesaian sengketa atau masalah yang sering terjadi di lapangan. Pandis ini terdiri dari personel PSSI dan unsur panitia pelaksana termasuk aparat keamanan. (Red))
Jangan lupa subscribe dan ikuti Video lainya di Channel Youtube Portal TV