PORTAL NEWS -- Sebagai bangunan baru, konsep awal Menara Payung (MP) yang terletak di lahan bekas Luwu Plaza, di Jalan Mackulau kelurahan Batupasi kecamatan Wara Utara kota Palopo, Sulawesi Selatan itu adalah pusat jajanan, cindera mata atau oleh-oleh (handy craft).
Namun, sejak selesainya bangunan tersebut dikerjakan kontraktor "asing" dari luar Luwu Raya, yakni PT Kanza Sejahtera, sejak Juli 2023 lalu, Menara Payung yang digembar-gemborkan akan jadi ikon dan landmark baru di kota idaman itu - hingga saat ini belum juga mendapatkan "investor" alias pengelola gedung, yang siap mengelola MP yang memiliki luas lahan 486 meter persegi.
MP yang tak laku dijual juga mendapat perhatian Penjabat Wali Kota Palopo, Asrul Sani.
Kepada awak media, Asrul Sani mengatakan, saat ini pihaknya baru melakukan penjajakan ke beberapa calon investor yang berminat untuk mengelola gedung tersebut. Hanya saja, dia belum bisa menyebut siapa-siapa saja calon investor besar yang akan atau sementara pihaknya lobi.
“Kalau menurut saya, harus investor ritel besar di situ (Menara Payung) karena operasionalnya besar. Di gedung itu menggunakan eskalator, kemudian sebagian besar dindingnya dari kaca sehingga penggunaan pendinginan ruangan mungkin lebih banyak, nah itu yang menjadi pertimbangan sehingga yang cocoknya adalah ritel besar,” kata Asrul Sani saat dikonfirmasi, Rabu (20/3/2024).
Jika ritel besar yang dimaksud Asrul, bukan tidak mungkin, peritel swasta nasional seperti Transmart Carrefour, Matahari, Giant, Hypermart, Superindo, ACE Hardware, IKEA dan sejenisnya adalah perkulakan besar yang diharapkan investasi di kota berjuluk Kebersamaan ini.
Namun, Asrul bilang, pemerintah Kota Palopo masih punya kewajiban untuk melunasi sisa kontrak dari bangunan tersebut.
“Kita fokus dulu menyelesaikan itu, kewajiban kita dengan pihak ketiga khususnya investor masih perlu dikomunikasikan," tambahnya.
Rupanya, masalah uang cash Pemkot Palopo yang sangat terbatas, menjadikan sejumlah proyek mercusuar di era Wali Kota Judas Amir saat itu, kini juga menjadi salah satu problem baru. Beberapa proyek sebut saja revitalisasi sarana olahraga Stadion La Galigo dan kompleks gedung kesenian akhirnya terbengkalai lantaran pihak kontraktor sudah pada "berisik" minta segera dibayar atas kinerja mereka yang sudah 80 persen menyelesaikan proyek tersebut.
Kembali, ke masalah Menara Payung yang wujudnya kata sebagian pengamat tidak sesuai ekspektasi lantaran "gimpe" alias tidak simetris, menurut Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Palopo, Andi Agus yang mengatakan, sejak proyek tersebut selesai dikerjakan hingga kini belum ada investor yang berminat dengan gedung tersebut.
Sayangnya Agus tidak mau merinci, apa penyebab "lemotnya" negosiasi antara pihak Pemkot dengan calon investor tadi.
Agus mengungkapkan, beberapa waktu lalu investor pengelola mall di Kota Makassar sempat menjajaki pusat kuliner menara payung tersebut. Namun hingga kini, Pemkot Palopo masih belum mendapatkan kesepakatan untuk pengelolaan gedung.
"Kemarin ada pengelola mall di Makassar sempat berkunjung, cuman belum ada info selanjutnya. Selebihnya kita masih dalam penjajakan investor," ungkapnya, Selasa (19/03).
"Sampai sekarang belum ada (investor). Kebetulan Bapenda yang disuruh Pak Wali Kota mencari investor untuk mengelola gedung tersebut," kata Kepala Bapenda Palopo, Senin (18/3).
“Kalau biaya sewa itu dari kesepakatan investor dan Pemkot nanti, per tahunnya berapa kan. Jadi kami belum bisa menjelaskan secara terperinci, tugas kami hanya untuk mencari investor sesuai perintah pak Wali,” tandasnya.
Sekedar informasi, MP dibangun menggunakan kas bersumber dari kocek APBD Perubahan tahun 2021, kemudian APBD tahun 2022, dan APBD tahun 2023, dengan total anggaran kurang lebih Rp 92 miliar.
MP Disorot Aktivis
Menara Payung yang digadang-gadang bakal hits dan jadi pusat hiburan modern di tengah kota idaman ternyata baru sebatas mimpi di siang bolong.
Alih-alih cetar membahana dan diminati investor, gedung MP kini semakin hari semakin memprihatinkan, lantaran belum adanya pihak pengelola yang harus bertanggungjawab melakukan maintenance (perawatan) dan pemeliharaan gedung.
Kondisinya, selain ada beberapa bagian yang retak, ada juga yang kacanya udah pecah, ada yang mulai berlumut dan ditumbuhi belukar, dan beberapa masalah lainnya termasuk kebersihan gedung itu sendiri.
Salah satu aktivis yang dikenal vokal adalah pengamat masalah sosial, Yertin Ratu.
Menurut Yertin, gedung Menara Payung belum dilirik investor bisa saja disebabkan karena kondisi bagian dalam gedung yang tidak semegah luarnya.
“Yang tidak dipasangi keramik mulai dari lantai dua, kemudian plafon bangunan yang terkesan kumuh karna tidak ditutupnya pipa saluran udara padahal dengan anggaran Rp 92 Miliar. Ini yang kini menjadi salah satu penyebab Kota Palopo memiliki beban hutang hingga ratusan miliar rupiah. Belum lagi kerusakan lain seperti kaca yang pecah, bahkan disinyalir salah satu tangga gedung ini rawan rubuh,” ujar Yertin melansir Kompas dotkom.
Yertin menambahkan, sejak awal pembangunan Gedung Menara, warga melakukan penolakan karena dianggap bukan skala prioritas.
Sebab, bangunan pasar, pusat kuliner, dan cindera mata yang sudah lebih dahulu berada di Kota Palopo, justru sepi pembeli dan membebani APBD Kota Palopo.
“Namun Pemerintah Kota Palopo sebelumnya tetap memaksakan kehendak membangun menara payung. Selain itu desain awal yang diperlihatkan ke warga juga sangat berbeda dengan hasilnya, sehingga yang tadinya modelnya menara payung malah jadi menara yang tidak simetris,” tutur Yertin.
Selain itu yang paling terpenting, menurut Yertin, tim inspektorat telah melakukan audit pembangunan gedung ini dan seperti janji PJ Wali Kota Palopo saat pertama kali menginjakan kaki di Kota Palopo berjanji akan meneruskan ke ranah hukum jika ada temuan potensi kerugian negara.
“Karena itu sangat penting untuk memenuhi janji itu dan aparat penegak hukum (APH) tidak menjadikan dugaan tindak pidana korupsi di pembangunan gedung menara payung hanya sampai disitu,” terang Yertin.
Sementara itu, pengamat olahraga dan sosial kemasyarakatan, Iccank Razcal, turut prihatin atas status MP yang masih "jomblo" lantaran belum ada ijab kabul dengan Pemkot soal siapa Pengelola yang mau investasi dan "berjudi" di lahan eks Luwu Plaza itu.
"Saya prihatin, karena awalnya kan dirancang sebagai "mesin uang" dari Pemkot Palopo jika kelak ia berfungsi sebagai Pusat Jajanan dan Cindera Mata. Tapi konsep yang bagus diatas kertas, dengan manajemen Tukang Sate seperti sekarang ini saya rasa akan sulit," jelas mantan penyiar radio dan Sekjen Suporter PSM ini.
"Problemnya banyak, padahal lokasinya strategis. Manajemen Pemerintah kota saat ini, yang masih dibawah kendali Penjabat (sementara) saya nilai kurang sat set menyikapi permasalahan yang ada. Pj Wali Kota slow dan tidak banyak ide kreatif untuk memajukan Palopo. Bisa jadi, bawahan beliau yang dikasih tugas khusus juga "lalod" padahal potensinya cukup besar," tambahnya.
"Daripada mubazir, mending untuk sementara MP ini dialihfungsikan saja, dari pusat cindera mata jadi Pusat Hoya-hoya daripada bikin kegiatan di lapangan Gaspa yang becek dan tidak sesuai peruntukannya," candanya.
"Pemkot sendiri saja yang bikin semacam Perusda, atau BUMD, yang mengelola Mal ini (MP). Daripada tunggu investor bisa kelamaan, boss. Bikin BUMD saja. Yang mau jadi direktur utama atau eksekutif di BUMD ini harus melalui lelang jabatan. Masukkan proposal, ide-ide apa yang kelak mereka akan usung jika jadi Direksi BUMD Pengelola MP."
"Target penerimaan pertahun calon pimpinan itu harus jelas, berapa ratus juta, berapa miliar, dibuka saja semuanya secara transparan, jangan pilih kucing dalam karung. Profesional murni, lebih bagus lagi bila dinahkodai mereka yang punya background bisnis dan jaringan bisnisnya banyak. Jangan pakai sistem kekeluargaan lagi kayak di PDAM. Jangan ada Pejabat yang main "titip" anaknya masuk bekerja di situ. Itu kalau Pemkot mau belajar mandiri. Masa' sih ngga berani mencoba?," pungkasnya.
MP Dibangun oleh Rekanan Pemkot, PT Kanza Sejahtera
Proyek Menara Pusat Kuliner atau yang biasa disebut Menara Payung dengan anggaran jumbo Rp91,5 miliar dikerjakan perusahaan rekanan PT Kanza Sejahtera.
Penelusuran Palopo Pos pada laman LPSE Kota Palopo, Kamis, 13 Juli 2023 kemarin, nama paket proyek ini yakni Pembangunan Menara Pusat Kuliner dan Cendramata Kota Palopo.
Pagu anggaran Rp92.410.365.000 bersumber dari APBD-Perubahan Palopo Tahun Anggaran (TA) 2021, APBD Palopo 2022, dan APBD Palopo 2023. Ditender pada 20 Oktober 2021.
Peserta tender 22 perusahaan. Dan dimenangkan PT Kanza Sejahtera alamat Jl. Dg Tata Kompleks Permata Mutiara Blok E No. 02 Kota Makassar, dengan nilai kontrak Rp91.552.793.000.
Pihak PT Kanza Sejahtera, Fahrul mengatakan, pekerjaan lantai dua dan tiga memang tidak dilengkapi pemasangan keramik dan dan plafon. Itu sesuai dengan konsep yang ada dalam perencanaan. "Seperti itu yang spek yang kami terima," ujarnya, mengutip Palopo Pos.
Selain itu, menurut dia, pemasangan keramik tentu nantinya akan dibebankan kepada penyewa yang menginginkan desain ruang yang mereka inginkan.
"Itu tergantung nantinya kepada orang menyewa yang menginginkan desain yang mereka sukai. Kalau pun itu dipasangkan tegel atau pun plafon maka pasti itu dibongkar. Karena penyewa nantinya pasti membongkarnya dan memilih lantai keramik yang sesuai ciri khas penyewa," katanya.
Tentu ketika pembongkaran terjadi sudah dipastikan menimbulkan biaya dan dampaknya mengganggu pelaku usaha yang ada di sekitar.
"Karena memang lantai dua dan tiga ini peruntukannya kelas menengah ke atas yang akan menempati. Apalagi sebuah usaha yang sudah ternama, maka tentu menginginkan desain sesuai ciri khas mereka, baik dari warna struktur keramiknya begitu juga dengan plafonnya," katanya.
Sebelumnya dilansir, selain anggaran pembangunan, juga ada anggaran Biaya Manajemen Konstruksi Pembangunan Menara Pusat Kuliner dan Cinderamata yang dimenangkan PT Primatama Prima Konsultama (PK) alamat BTN Minasa Upa N. 10 NO. 20 RT. 004/ RW. 013 Kota Makassar, dengan nilai kontrak Rp1,79 miliar.
(Red)