√ Waduh, Jenazah Warga Luwu Utara Ditandu Puluhan Kilometer- Portal News - Media Investigasi Pembaharuan Nasional

Jelajahi

Copyright © Portal News
Created with by Portal News
PT ZIB Group Templates

Iklan

Iklan

iklan-portal-news

Waduh, Jenazah Warga Luwu Utara Ditandu Puluhan Kilometer

Sabtu, 22 Juli 2023, Juli 22, 2023 WIB Last Updated 2023-07-24T00:54:19Z
Waduh, Jenazah Warga Luwu Utara ditandu Puluhan Kilometer

LUWU UTARA, BERITA PORTAL - Kisah mengharukan datang dari pemakaman Dharma, seorang pendeta  yang meninggal dunia di  Makassar beberapa hari lalu. 

 

Seperti biasa, ketika seseorang meninggal di luar tanah airnya, keluarga dan warganya harus membawa jenazah seorang pendeta Dharma ke kampung halamannya di Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan untuk dimakamkan.

 

Inilah yang diinginkan mendiang Darma sebelum menghembuskan nafas terakhirnya untuk dimakamkan di kampung halamannya di Seko. 

 

Akibatnya, warga membawa jenazahnya sejauh kurang lebih 20 kilometer. Karena akses jalan rusak parah sehingga ambulans tidak bisa lewat. 

 

“Pendeta ini meninggal di Makassar, mereka ingin dia dimakamkan di desa. Tapi karena kondisi jalan yang buruk, kami harus menjadi pengusung tandu," kata Bonar, aparat Desa Kampung Baru, Senin (17/6/2023). 

 

Jenazah Darma secara bergantian diangkut warga dari jarak sekitar 30 Km, dan jenazah dibaringkan dalam peti bambu ke rumah duka di Kampung Baru, Kecamatan Seko, Luwu Utara, karena akses jalan yang tidak mendukung. Minggu (16/7). 

 

“Kalau motor saja tidak bisa, apalagi ambulans. Jaraknya sekitar 30 Km dengan tandu menembus lumpur menuju rumah duka,” ujarnya. 

 

Ia juga mengatakan, warga terjatuh ke kolam lumpur saat membawa jenazah ke rumah duka akibat jalan yang licin. Untung saja, jenazah masih menempel di tandu, jadi tidak jatuh juga.

 

"Ya kita masuk  lumpur, kita tidak lihat karena genangan airnya licin saja. Tidak ada yang luka, jenazah  tidak jatuh karena  diikat," ujarnya. 

 

Bonar menambahkan, kegiatan ini sering dilakukan warga Seko saat  warga  meninggal dunia atau jatuh sakit. 



Menurutnya, pemerintah provinsi sering mendapat informasi tentang kesulitan ini. Namun tidak ada tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki infrastruktur.



“Wajar saja Pak. Kalau ada yang meninggal atau ada yang butuh rujukan jatuh sakit, pasti tertunda karena jalan rusak. Kami sudah berkali-kali komunikasikan ke pemda, tapi tetap saja begitu,” ujarnya. 

 

Sebuah video yang beredar di media sosial memperlihatkan jalan masuk penuh tanah. Bahkan ada genangan yang cukup dalam di tengah jalan dalam kondisi memprihatinkan. Kondisi itu membuat Yusuf Paembola, anggota Partai Perindo DPRD Luwu Utara, khawatir. Dia berharap tidak ada lagi warga yang meninggal atau sakit yang harus tinggal, karena jalan yang rusak. 

 

“Tentunya pertama-tama saya turut berduka cita untuk keluarga almarhum. Kita tahu jalan dari Sabbang ke Seko itu Trans Sulawesi dan Pemprov,” kata Yusuf, Rabu (19/07/2023). 

 

Menurutnya, akses dari jalan Seko merupakan kekuatan kabupaten karena melalui jalan tersebut melalui provinsi. Sebagai anggota DPRD, ia terus mendorong agar pembangunan jalan menuju sekolah itu dimaksimalkan. 

 

“DPRD dan Gubernur Luwu Utara akan terus mengupayakan kemajuan yang maksimal karena ini jalan provinsi dan janji politik memenangkan Pilkada 2018. Kita berharap kejadian seperti itu tidak terulang lagi,” ujarnya. 

 

Jarak antara kecamatan Sabbang dan Seko bisa mencapai 126 km. Karena koneksi jalan yang buruk, dibutuhkan waktu 1-2 hari untuk menempuh perjalanan dengan roda dua. Bahkan, tarif ojek menuju kawasan Seko mencapai Rp 1 juta, menjadikannya sebagai ojek termahal di dunia. 

 

Bukan peristiwa pertama 

 

Ini bukan kali pertama terjadi pada warga Seko yang mengalami nasib yang sama. 

 

Sebelumnya, ada kasus seorang ibu hamil bernama Eva (18) yang  hendak melahirkan harus dibawa ke Puskesmas untuk mencari pertolongan dan harus meninggal dunia  bersama bayinya dalam perjalanan. 

 

Eva Yohana, warga Desa Tanamakaleang, Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, meninggal dunia setelah diseret dari rumahnya selama 17 jam  untuk melahirkan di Puskesmas. 



Ia kemudian dirujuk ke Rumah Sakit  Daerah (RSUD) Andi Djemma Masamba dan harus dipindahkan dari Seko. Ini terjadi Selasa lalu, 21 Maret 2023. 

 

Sebelumnya, seorang tukang ojek juga meninggal karena kelelahan. 



Gideon (44), tukang ojek yang sedang dalam perjalanan menuju Sekoon di jalur lingkungan Sabbang  di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, tewas dalam perjalanan.  

 

Ia meninggal dunia pada Jumat (6/2/2023) di sebuah rumah duka di kawasan Mabusa yang berada di tengah hutan. 

 

Ambulans tidak bisa segera mengevakuasi jenazah Gideon  ke Desa Sassa di Kecamatan Baebunta. Dikarenakan Jalan di kawasan itu rusak parah. 



Kondisi itu memaksa warga untuk membawa jenazah Gideon dengan tandu ke kawasan Rongkong yang jaraknya sekitar 6 kilometer. Karena mobil Ambulans yang membawa jenazah dari Kecamatan Rongkong untuk dibawa ke rumah duka tidak bisa dilalui. (Iys/Red)

Silahkan Komentar Anda

Tampilkan


Portal Update


PORTAL OLAHRAGA

+

Latest Posts

Layanan Pengaduan

PORTAL OTOMOTIF

+

X
X
×
BERITA UTAMA NEWS
-->