√ Harga Beras di Luwu dan Toraja Merangkak Naik, Pj Gubernur Keliling Pantau Inflasi, Iccank: Selamat Menikmati!- Portal News - Media Investigasi Pembaharuan Nasional

Jelajahi

Copyright © Portal News
Created with by Portal News
PT ZIB Group Templates

Iklan

Iklan

iklan-portal-news

Harga Beras di Luwu dan Toraja Merangkak Naik, Pj Gubernur Keliling Pantau Inflasi, Iccank: Selamat Menikmati!

Minggu, 18 Februari 2024, Februari 18, 2024 WIB Last Updated 2024-02-18T18:02:28Z

Harga Beras di Luwu dan Toraja Merangkak Naik, Pj Gubernur Keliling Pantau Inflasi, Iccank: Selamat Menikmati!


PORTAL NEWS -- Harga kebutuhan pokok seperti beras dan sembako lainnya perlahan merangkak naik di sejumlah pasar dalam kota Belopa kabupaten Luwu.


Di eks pasar lama, pasar sentral Luwu, misalnya, harga beras yang biasanya dibeli dengan kisaran harga 12.500-13.500 kini mulai naik menjadi 15-16 ribu per kilonya. 


Sementara itu, harga beras di Toraja Utara juga mengalami eskalasi alias kenaikan. 


Kenaikan harga beras dipicu kurangnya pasokan beras, yang didominasi dari daerah tetangga yang belum masuk masa panen padi.


Salah satu pedagang beras di Rantepao mengakui bahwa naiknya harga bahan pokok beras karena panen padi belum dilakukan. "Naiknya harga beras saat ini, karena panen padi belum terjadi. Nanti awal bulan April 2024 ini baru di daerah tetangga panen sehingga stok beras akan terisi lagi," ungkapnya.


Meskipun demikian, Natan juga mengatakan bahwa stok beras kampung (lokal) ada juga yang masuk, namun tidak banyak hanya sedikit.


"Saat ini kita jual beras ada tiga jenis yakni beras premium harga Rp16.500, beras dari Bugis Rp15.500 dan beras kampung juga Rp15.500,'' ungkapnya.


Hasil pantauan ke Pasar Pagi Rantepao pedagang beras menjual rata-rata di angka Rp 15.500 per kilo. Begitu juga di Pasar Bolu harga beras di kisaran Rp15.500 dan Rp16.500 per kilogram. Kenaikan ini terjadi mulai Desember 2023 lalu.


Padahal, kalau musim panen, harganya hanya sekitaran Rp11.000-Rp11.500 per kilogram.


Pj Gubernur Sulsel Pantau Inflasi di Parepare


Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin memantau harga komoditas pangan di Parepare. 


Hasilnya, sejumlah bahan pokok cenderung merangkak naik.


Pj Gubernur Sulsel mengecek harga kebutuhan pokok di gerakan pangan murah yang digelar Dinas Ketahanan Pangan Sulsel dan Dinas Ketahanan Pangan Kota Parepare bersama para pelaku usaha lainnya, 


"Bagaimana harga-harga ibu," tanya Bahtiar kepada penjual bahan campuran dan sayur-sayuran.


"Alhamdulillah stabil semua pak, naik cuman tidak terlalu besar iye'," kata Suriani, pedagang bahan campuran dan sayur-sayuran.


Menurut Suriani, saat ini harga cabai rawit Rp38.000 per kg, cabai merah besar Rp38.000 per kg, tomat Rp20.000 per kg, wortel Rp13.000 per kg, bawang merah Rp26.000 per kg, dan bawang putih Rp38.000 per kg. Kecuali beras yang masih fluktuatif kata dia.


Pengamat Ekonomi Ini Sebut Kenaikan Harga Komoditi Menteri di Kabinet Jokowi Lebih Satset Urus Politik daripada Urus Perut Rakyat


Sementara itu, salah satu pengamat ekonomi, Iccank, kepada Portal News, Ahad (18/02) mengatakan, kenaikan harga komoditi, terutama Sembako seperti beras, telur dan cabai adalah bukti kuat jika menteri-menteri di Kabinet Jokowi lebih pro oligarki daripada pro rakyat miskin.


"Kenaikan atau eskalasi harga ini sudah ada sejak jauh-jauh hari, bahkan dua minggu sebelum hari H pencoblosan, pedagang dan konsumen di pasar tradisional sudah menjerit. Tapi rupanya, momen ini terlewat begitu saja. Menteri-menteri Jokowi lebih sibuk urus Bansos demi memenangkan putra Jokowi di Pilpres. Tak ada lagi menteri yang peduli dengan inflasi yang melambung," ucap Iccank, sapaan akrab mantan penyiar radio ini. 


Dia melanjutkan, harusnya kenaikan harga bisa diredam jika Pemerintah fokus pada stock beras yang menipis, apalagi pemerintah membagi-bagikan beras gratis dalam bentuk Bansos dengan jumlah yang massif, ya tentu saja stock di gudang Bulog habis atau menipis, sementara masa panen raya masih lama. Belum lagi kita akan memasuki bulan suci ramadhan di awal bulan Maret mendatang. 


"Berlaku hukum pasar, suplai and demand, stok dan permintaan tidak seimbang, ya terjadilah kenaikan harga, sayangnya pemerintah kurang sigap, dan terkesan membiarkan hal ini berlarut-larut, tidak ada aksi yang dilakukan selain menunggu hasil Pemilu, dan berharap pada panen raya saja."


"Ya selamat menikmati pilihan kalian (di Pilpres, red), kalian kan lebih memilih untuk melanjutkan (penderitaan), bukan memilih Perubahan," selorohnya. (Red)

Silahkan Komentar Anda

Tampilkan


Portal Update


X
X
×
BERITA UTAMA NEWS
-->